Rabu, 05 Mei 2010

Menyikapi Anak yang Lamban

. Rabu, 05 Mei 2010

Sebutan lamban adalah anak-anak yang mengalami kesukaran untuk mengerti konsep-konsep yang dijelaskan kepadanya. Sehingga dia memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa memahaminya dan biasanya itu terlihat sewaktu dia memasuki SD.

Pada dasarnya anak yang lamban ini memang kita kategorikan secara lebih spesifik, yaitu yang ber-IQ di bawah rata-rata.

Bila menghadapi anak yang kurang cerdas dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, sebagai orang tua yang paling penting dilakukan adalah menerima fakta ini. Kita harus memperlihatkan sikap penuh penerimaan pada anak itu. Sebab kelambanan bukan salahnya dan ia tidak ingin menjadi anak yang lamban.

Bagi anak yang lamban pergi ke sekolah merupakan penderitaan yang tersendiri. Waktu gurunya menjelaskan dia tidak mudah menangkapnya dan waktu ulangan diberikan kembali dia paling takut menerimanya, karena dia tahu angkanya jelek dan nanti kadang-kadang juga dicemooh teman-temannya atau kalau ada guru yang kurang sensitif dialah yang dipermalukan.

Jadi bersekolah adalah suatu penderitaan bagi anak-anak ini, dia perlu pulang ke rumah mendapatkan penerimaan penuh dari orang tuanya. Dia tahu dia di luar dievaluasi, dinilai dan dianggap gagal, di rumah dia tidak dianggap gagal, dia bebas dari penilaian karena orang tuanya menerima dia dengan apa adanya.

Anak-anak yang lamban ini cenderung menyimpan rasa frustrasi, dan orang yang frustrasi perlu melampiaskannya.

Biarkan dan arahkan dia melampiaskannya dengan cara yang sehat, setelah pulang sekolah dia main, mungkin main sepeda, mungkin main vidio game atau menggambar, dan dengarkan musik.

Berikan dia jeda, berikan dia jarak antara sekolah dan nanti baru belajar kembali pada malam hari, berikan waktu yang cukup banyak untuk dia bisa melampiaskan kecapaiannya, keletihan dan rasa frustrasi.

Kadang kala orang tua salah menangani masalah ini, anak justru disuruh les, pulang sekolah habis makan jam 2-an langsung les sampai jam 5.00, jam 5.30. Dia pulang les sudah capek, dia mandi, makan, malam buat PR lagi, belajar lagi buat besok ulangan, ini makin merusakkan dia.

Kalau dari awalnya kita terima anak kita, bahwa dia itu agak lamban dan kita memberi ruang gerak yang cukup luas baginya untuk main, untuk mengerjakan hal-hal yang lainnya, seharusnya dia tidak melampiaskan frustrasinya secara negatif.

Karena dia tahu dia pulang ke rumah, dia bisa main-main berjam-jam dan itu sudah menjadi penyaluran buat dia.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com